Di kampungku, semua orang kenal dengan Kakek Danu. Beliau adalah
orang yang paling tua di kampungku. Umurnya saja 150 tahun! Tapi, Kakek
Danu tetap kuat melakukan segalanya sendirian. Ia malah tidak suka jika
disuruh untuk berdiam diri di rumah.
Kakek Danu punya sebuah hobi. Ia suka duduk lama di warung kopi.
Sambil mengopi, Kakek Danu suka bercerita. Terutama, pengalaman masa
mudanya saat berperang melawan Belanda dan Jepang.
Banyak yang curiga, kehebatan Kakek Danu pasti karena kalung yang
selalu dipakainya. Bentuk liontinnya sangat unik karena mirip sebuah
tulang. Warnanya putih kekuning-kuningan. Jika ditanya dari mana
asalnya, Kakek Danu tidak mau menjawab. Ia cuma berkata, “Kalung keramat
ini adalah kalung kesayanganku.”
Karena penasaran, akhirnya banyak orang yang selalu berusaha menebak-nebak.
“Pasti itu adalah peninggalan orang tua Kakek dulu, ya?” tebak seorang warga.
“Cuma, kok bentuknya seperti tulang yang diasah tak beraturan, Kek?” sahut yang lain.
“Saya tebak, pasti itu adalah gigi hewan purba yang sekarang sudah tidak hidup lagi!” ujar yang lain.
Kakek Danu cuma tersenyum mendengar semua tebakan itu. Namun tetap saja, Kakek Danu tidak mau memberi jawabannya.
Suatu ketika, datanglah dua orang dari kota yang mencari Kakek Danu.
Mereka sempat melihat Kakek Danu yang pernah menjadi berita di televisi
saat ditemui petugas sensus. Tak hanya itu, mereka juga mendengar
desas-desus jika kalung yang dikenakan Kakek Danu adalah kalung keramat.
“Kami ini pengoleksi barang antik, Kek. Kami tertarik dengan kalung
milik Kakek. Karena itu, kami ingin membelinya,” ujar satu dari dua pria
tersebut.
Kakek Danu tertawa terkekeh-kekeh. “Aduh… maaf sekali ya, kalung ini tidak akan saya dijual.”
“Tapi, kami bersedia membayar mahal lho, Kek!” ujar pria dari kota tersebut.
Kakek Danu tersenyum. “Memangnya mau kalian bayar berapa kalung ini?”
“Hm… bagaimana jika dua puluh juta?” tawar pria tersebut.
Semua orang yang mendengar itu langsung terkejut. Termasuk juga Kakek Danu.
“Baiklah, beri saya waktu semalam dulu ya untuk berpikir,” jawab Kakek Danu pada akhirnya.
Semua orang lalu menebak-nebak. “Pasti Kakek Danu ingin mengadakan ritual dulu sebelum menjual kalungnya!”
“Iya, mungkin karena itu adalah kalung yang sudah membuat Kakek Danu panjang umur,” timpal yang lain.
“Tapi saya kira, besok pasti Kakek Danu akan menjual kalung itu. Uang
dua puluh juta itu kan cukup besar!” yang lain ikut menyahut.
Keesokan harinya, semua orang yang ada di kampung berkumpul di rumah
Kakek Danu. Mereka penasaran, apakah Kakek Danu akan jadi menjual kalung
itu atau tidak. Mereka juga menebak-nebak, mungkinkah akan ada kejadian
aneh saat kalung itu dilepas oleh Kakek Danu.
Kakek Danu yang tahu perilah itu jadi tertawa terbahak-bahak.
“Baiklah, saya akan ceritakan semua tentang lionting kalung ini.
Sebetulnya saya malu untuk menceritakannya. Karena liontin ini adalah
gigi geraham saya yang terakhir kali copot waktu saya berumur 70 tahun!”
“Hah?” banyak orang terkejut saat mendengar itu. Mereka tidak
menyangka jika benda kecil yang menjadi liontin kalung itu adalah gigi
geraham Kakek Danu sendiri!
“Karena bentuknya lucu, saya membuatnya menjadi kalung. Sengaja saya
tidak mau mengaku waktu kalian tanya. Saya khawatir, kalian semua akan
jijik dengan kalung ini!”
Mendengar penjelasan itu, banyak orang menjadi malu. Termasuk, dua pria asal kota yang semula ingin membeli kalung tersebut.
“Jadi, mohon maaf, saya tidak ingin menjual kalung ini. Saya juga
tidak ingin menipu kalian dengan mengaku kalau kalung ini adalah benda
keramat,” ujar Kakek Danu pada dua pria asal kota tersebut.
Banyak orang yang kagum dengan sikap jujur Kakek Danu. Padahal jika
Kakek Danu mau berbohong, pasti Kakek Danu bisa mendapatkan uang yang
banyak dari hasil penjualan kalungnya.
Tapi, tiba-tiba aku jadi penasaran dengan satu hal. “Lalu, yang membuat Kakek selama ini bisa berumur panjang, apa dong Kek?”
“Hehehe, Kakek ini kan suka berjalan-jalan waktu pagi hari tanpa
menggunakan alas kaki. Kakek juga suka makan sayur dan buah-buahan.
Jadi, bukan karena kalung ini Kakek panjang umur!” terang Kakek Danu.
Sejak itu, banyak orang di kampungku makin rajin memakan sayur dan
buah-buahan serta berolah raga. Mereka semua ingin selalu bisa sehat
seperti Kakek Danu.
Senin, 22 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar